Contoh Cerpen Persahabatan
Cerpen Tentang Sahabat Gokil Abis.
Kabar Burung
Bikin Bingung
Matahari
mencakar wajahku, guyuran keringat turun
membasahi seluruh tubuhku. Bagaimana tidak, lari kesana kemari membawa
barang. Barangnya pun sungguh sangat berat, sampai-sampai dapat membuat bengkok
tulang-tulang. Ini pun lagi permulaannya saja, belum apa-apa. Jadi ya
semangatnya harus membara. Bagaimana tidak, kalau hari ini adalah hari
penggemblengan mental yaitu berkemah. Lagi pula, kemah itu sangat bermanfaat
untuk kehidupan kita karena dapat melatih kemandirian dan lebih bersahabat
dengan alam. Tapi kemah kali ini sungguh sangat berbeda dengan kemah yang lain
karena kemah ini sangat memacu adrenalin lain daripada yang lain. Arrrr... seketika
teman-teman semua tubuhnya gemetar saat
mendengar kemah di tempat angker.
Teman-Teman: “Hahhhhh??? Angkeerrr???
Enggak mauu!!!” teriak-teriakan teman-temanku membuat telingaku jebol”.
Elvy : “Iihhh jadi orang kok penakut,
huhh dasar!! Mestinya tuh kita harus banyak-
banyak berdoa, banyak sholat. Biasanya kecil-kecil tuh cabe rawit. Ini
apa malahan? Gede-gede cabe apa? Heleh-heleh dasar anak-anak”.
Chendy : “Noh yang kagak pernah sholat
sukurin!! Hahahaha”.
Elida : “Lu mah jadi orang jahat bener
atuh Chen, bukannya doain biar temennya selamat, eh malah ngatain yang
enggak-enggak. Dasar lu ya” (muka cemberut dan terlihat kesal)”.
Chendy : “Hehehe, canda kok Da.. abis kemah
gelar syukuran 7 hari 7 malam yak” . (menggaruk-garuk kepala sambil tertawa)
Elida : “Apaan sih Chen, ga jelas amat sih lu
bawaanya”.
Elvy : “Ihhh, lu gatau apa Da kalo si
Chendy cuma bercanda, yang namanya bercanda
itu kagak pernah serius. Jangan dipikir dalem-dalem dong”.
Chendy : “Tuh si Elvy udah ngejelasin panjang
kali lebar kali tinggi sama dengan volume. Udah ketemu volumenya berapa Da?”.
Elida : “Volumenya banyak Chen,
satuannya pake apa ya?”.
Teman-teman : “Hahahahahah”.
Setelah
semua barang diangkut memakai truk, kini giliran siswa untuk naik di truk.
Namun, sepertinya ada sedikit masalah yaitu truk yang digunakan untuk
mengangkut siswa belum sampai juga di sekolah. Para siswa pun beradu mulut,
mereka tidak tahan dengan panasnya matahari pada siang itu. Ditambah dengan
lagu keroncong yang menggelitiki perut. “Truknya ngajak berantem nih ya” gerutu
salah satu siswa. Mau tidak mau mereka harus menjalaninya karena kemah
merupakan syarat agar mereka dapat naik kelas.
Tuti : “Waduh, laper nih. Yuk jajan dulu”.
Fifi : “Iya nih, ayo jajan dulu, capek kan. Nanti
malah pingsan lagi”.
Elvy : “Oke, ayo semuanya. Lagian truknya belum
nyampe”.
Chendy
: “Yoo diborong ya, jangan ada
sisa. Hehehe”.
Teman-teman
: “Ayooo serrbuuuu.....”.
Mereka
pun jajan dengan puasnya, si lapar pun pergi bertolak. Tidak lama kemudian truk
datang. Alangkah riangnya hati mereka ketika melihat truk sudah datang. Mereka
pun segera naik ke truk. Hujan rintik-rintik menyelimuti perjalanan mereka,
namun mereka tetap semangat menjalaninya. Beberapa jam kemudian, mereka sampai
di bumi perkemahan.
Elida
: “Yeyyy akhirnya sampai”.
Fifi
: “Tapi takut iihh ada anuuu”.
Elida : “Hehe iya, eh kok jantungku berdetak sih?”.
Elvy
: “Yaelah nih orang, mana ada orang
hidup jantungnya nggak berdetak. Duhh Gusti
berilah akal pikiran kepada temanku ini”.
Elida : “Elvyy..!!!!! Jangan samakan aku dengan
binatang!!! Aku punya akal pikiran!!”.
Chendy : “Uluh-uluh si eneng bisa marah
yak”.
Elvy : “Hehe maafkan, tadi Cuma bercanda kok.
Jangan dimasukkan ke hati”.
Elida
: “Kamu tuh ya, berpikirlah
secara realistis. Mana bisa ucapanmu tadi aku masukkin ke hatiku. Eh.. nggak bakalan bisa”.
Teman-Teman : “Ya ampun Elida......”.
Mereka
pun mendirikan tenda, semuanya sibuk bekerja. Di samping itu mereka juga terus
membaca doa agar selamat dari segala bahaya. Setelah semuanya selesai
mendirikan tenda, mereka pun menjalani kegiatan yang sudah dijadwalkan. Malam
itu kegiatannya adalah jerit malam. Benar-benar Elida, Chendy dan
teman-temannya sangatlah takut hantu. Mereka sangatlah khawatir karena kata
teman-teman mereka, tempat itu angker.
Elida : “Ihhh... aku nggak mau ikut ahh. Enggak mau
pokoknya”.
Chendy
: “Aku juga ahh, aku enggak mau
ikut”.
Tuti
:
“Aku juga nggak mau ikut”.
Elvy
: “Lahh gimana ini, kalau semuanya nggak
ikut nanti kakak pembina kebakaran
jenggot loh”.
Elida : “Aaiihh.. kasian. Mukanya nanti hancur lha
jenggotnya terbakar. Sakit banget itu pasti”.
Tuti
: “Iiih si Elida nihh suka nggak
nyambung”.
Chendy
: “Tuhh orang kagak pernah
nyambung”. Emangnya aku
Elida
: “kabel ya, masa harus
nyambung-nyambung gitu”.
Elvy
: “Terserah ya Da”.
Chendy : “Yuuk buruan semua ikut, nanti malah
kakak pembina kebakaran jenggot. Kasian kan Da”
Elida
: “Iya.. kasian banget
ntar”.
Elvy
: “Yaudah ayo buruan”.
Teman-teman
: “Ayoooo”.
Mereka
pun akhirnya ikut, tidak ada yang mengeluh lagi. Mereka terus berdoa dan
berdoa.
Perasaan
takut berkecambuk di pikiran mereka, mereka selalu terbayang dengan kata angker
yang terus berdengung di telinga mereka. Akhirnya pada di suatu tempat
terkejutlah mereka, mereka pun berteriak
dan lari sekuat tenaga.
Elida
: “Ehh perasaanku kok nggak enak ya?”.
Chendy
: “Baru kali ini aku setuju sama Elida, kok iya ya?”.
Fifi
: “Kita harus hati-hati nih”.
Elvy
: “Sssttt jangan banyak omong,
berdoa aja lah”.
Chendy
: “Bener tuh”.
Tiba-tiba
terdengar suara seperti harimau yang sangat keras. Aarrgghhhh arrgghhh
argghh......
Teman-Teman
: “Aaaaaaaaa”.
Elida
: “Hantu harimau beraksi!!!
Lariiiii.....”.
Chendy : “Lariiiii...”.
Elida
: “Selamatkan diri kalian,
jangan sampai diri kalian menjadi korbannya”.
Mereka
berlari sekencang angin puting beliung sambil berteriak minta tolong. Mereka
tidak sadar bahwa itu adalah ulah kakak pembina. Kakak pembina pun tertawa puas
melihat aksi mereka yang begitu lucu sampai-sampai membuat perutnya
terpingkal-pingkal.
Kakak
Pembina : “Hahahahaha... lucu sekali tingkah mereka”.
Beberapa
hari kemudian, Elida dan teman-temannya menyadari bahwa suara seperti harimau
itu adalah kakak pembina dan dugaan tentang tempat kemah itu angker adalah salah. Mereka sekarang tidak takut
lagi.
Chendy : “Ternyata dugaan kita selama ini salah”.
Elvy
: “Kita udah kemakan
omongan orang”
Elida
: “Ya ampun Elvy, kamu
masih ada kok enggak kemakan orang”
Fifi : “Duh duh kumat lagi nih
orang, sepertinya kamu harus minum obat dulu deh. Mana toh obatnya? ”.
Tuti
: “Biarkan saja, sudah
jadi kodratnya menjadi orang koplak”.
Elida
: “Eh eh.. hati-hati ya
kalo bicara, mulutmu harimaumu! Arrghhh”.
Teman-Teman
: “ Waaaaa”.
Betapa
lega rasanya setelah mengetahui kebenarannya. Mereka kini lebih berhati-hati
lagi. Tidak mudah mempercayai omongan orang lain yang belum tentu kebenarannya.
Betapa indahnya hidup jika penuh dengan kejujuran. Maka bersikaplah jujur dan
jangan membuat berita burung yang membingungkan.
Comments
Post a Comment